Rabu, 04 Mei 2011

Keputihan? Jangan ah…

Keputihan merupakan gangguan kesehatan atau masalah kewanitaan yang sangat menyebalkan. Apalagi jika sudah bersuami, bisa-bisa keputihan akan menghilangkan selera suami berhubungan intim dan akan mengganggu kemesraan dan keharmonisan, mmm.. Banyak factor penyebab keputihan, diantaranya adalah jamur candida, berikut ulasannya,

Wanita Keputihan
Keputihan, antara lain disebabkan oleh jamur Candida albicans - salah satu jenis jamur yang normal ditemukan dalam organ intim wanita, dan termasuk jamur pelahap glukosa. Bila terjadi peningkatan kadar gula darah dan ketakseimbangan hormon yang memicu naiknya gula darah, Candida akan tumbuh tak terkendali, serta berkembang biak hingga jumlahnya melampaui batas saat kondisi organ intim berubah. Gejala keputihan akibat jamur ini; terdapat cairan mengental, memutih, berbau, serta timbul rasa gatal, nyeri di dalam vagina, dan panas saat buang air kecil atau berhubungan intim. Jamur ini juga mudah tumbuh liar pada kehamilan trisemester terakhir, atau akibat mengonsumsi pil KB, steroid, atau antibiotik. Gangguan kekebalan tubuh, misalnya akibat infeksi HIV, dapat pula menyebabkan Candida tumbuh tak terkendali. Untuk menurunkan populasi Candida, hindari terlalu banyak menyantap makanan bergula.

Selanjutnya, jaga organ intim dengan langkah mudah sebagai berikut:

Pertama,
Keputihan
Jangan biarkan vagina dalam kondisi lembab, pilihlah celana dalam berbahan katun yang mudah menyerap keringat, dan hindari yang berbahan nilon (nylon pantihose, panty girdles), atau bahan sintetis lainnya. Hindari pula jins yang terlalu ketat karena membuat organ intim menjadi panas dan lembab. Kondisi itu ideal bagi tumbuhnya kuman dan jamur. Gantilah celana dalam minimal dua kali sehari, setiap mandi pagi dan sore. Ganti pula segera bila celana dalam mulai terasa lembab dan basah. Bilaslah celana dalam dengan baik setelah dicuci, sehingga tak tertinggal sisa-sisa deterjen. Celana dalam baru harus dicuci dahulu sebelum dipakai untuk mencegah zat kimia tekstil menimbulkan radang dan gatal. Selalu menjaga berat badan seimbang. Bila terlalu gemuk, paha dan lipat paha yang terlalu ketat pun membuat lembab vagina. Jangan pula melakukan tukar-menukar pakaian, apalagi celana dalam, dengan orang lain, termasuk saudara sendiri.

Toilet - Closet
Kedua,
Saat membersihkan organ intim, basuh dengan air bersih dari arah depan ke belakang. Cara sebaliknya justru bisa memindahkan bakteri dari anus ke vagina hingga menimbulkan rasa gatal. Saat di toilet umum, hindari memakai air yang berada di bak atau ember. Bila melakukan perjalanan jauh dan terpaksa menggunakan toilet umum, ada baiknya siapkan air rebusan daun sirih dalam botol. Simpan bahan itu di kulkas sehari sebelum perjalanan. Bila memakai minyak esensial, simpanlah dalam botol gelap, karena minyak itu akan rusak bila terpapar sinar Matahari. Menurut penelitian, air yang tergenang di toilet umum mengandung 70% jamur Candida. Sedangkan air yang mengalir dari keran di toilet umum menyimpan 10 - 20% jamur pemicu rasa gatal bahkan keputihan. Langkah terbaik dan aman, gunakan air kemasan untuk membasuh. Hindari duduk di toilet umum, meskipun bentuknya kakus duduk. Keringkan bagian intim baik-baik dengan handuk atau tisu toilet yang bersih, lembut, tak berwarna, tak beraroma yang bisa memicu alergi, dan tak mudah sobek untuk menghindari serpihan tisu tertinggal pada organ intim yang bisa memicu alergi. Bila vulva meradang hebat, keringkan dengan pengering rambut yang disetel dingin dengan jarak lebih dari 30 cm. Jika bulu kelamin tumbuh berlebihan, sehingga menyulitkan pengeringan daerah intim, sebaiknya dicukur saja.

Ketiga,
Hindari douching alias menggunakan cairan khusus pembersih vagina saat membasuh organ intim. Jauhi juga pemakaian produk feminine hygiene yang justru jadi pemicu radang. Misalnya, panty liners, pengharum, pelumas, minyak, atau bedak. Gunakan panty liners hanya di hari-hari terakhir haid. Ketika mendapat haid, pilihlah pembalut berdaya serap tinggi, lembut tanpa parfum. Wewangian pembalut berbahan kimia tertentu justru membuat vagina gatal dan meradang, terutama bagi yang berkulit peka. Saran ketiga ini tentu tidak berlaku untuk sejumlah wanita menopause, yang atas anjuran dokter memerlukan pelembab, pembersih, atau jelly vagina.


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BacaanTerkini